Cerpen Komedi, Badol Walk Out
Ternyata Toke Ali punya anak gadis namanya Hani. Karena
gadis itu anaknya Toke Ali jadilah namanya bertambah menjadi Hani Chen. Entah
apakah makna Chen itu. Hanya Toke yang tahu.
Hani sebenarnya anak yang mandiri. Makan – makan sendiri,
tidur – tidur sendiri, cuci baju sendiri, hidup tak mau ia sendiri karena
katanya mirip Caca Handika. Ya, gadis yang cantik, putih dan menarik ini sudah
mengenal dunia percintaan ternyata. Hal inilah yang membuat Toke Ali khawatir.
“HaniChen jangan suka keluar malam ooo. Nanti kamu bisa
sakit, kena angin malam jahat ooo,” nasehat Toke Ali ( karena penulis tidak
bisa bahasa cina jadi hanya ditambahkan ‘ooo’ saja ya. Anggap saja Toke lagi
berbahasa cina kalau di rumah dengan anaknya.hihi )
“Papa, jangan panggil aku HaniChen aaa, Hani sajalah Papa
aaa.” Jawab Hani kesal. ( Hani sekarang juga sedang berbahasa cina pembaca, liat ada ‘ aaa ‘ nya. Hahai)
“HaniChen kalau dinasehat orangtua dengar ooo. Anak gadis
jangan suka pulang malam ooo. Kalau kamu diculik hantu gula bagaimana ooo?”
“Mana ada hantu gula aaa.” Sahut Hani lagi.
“Kalau tak ada hantu gula. Hantu kopi ooo. Bisa bikin
kemponan ooo.” Tambah Toke.
Sebenarnya tak ada segala hantu gula, hantu kopi apalagi
sampai ada hantu sembako. Toke hanya menakut – nakuti Hani agar tak suka pulang
malam.
Seperti malam selanjutnya Toke mendapat laporan dari
Badol sang jomblo kampung Sungai Liku itu.
“Aku liat dengan mata kepala aku sendiri Toke!” kata
Badol dengan mimik wajah menakutkan. Betapa tidak, Badol akan sangat menggigil
ketika melihat orang lain berpasangan. Wah, sungguh kasian.
“Benar sikit Dol? Jangan kau suka mengada – ngada!” marah Toke.
“Sekali lagi Toke, aku liat dengan mata kepala aku
sendiri, HaniChen dibonceng seorang lelaki. Dia tak mau antar sampai rumah
Toke. Aaa.., pohon Keleweh tu saksi bisunya Toke, di situ ia singgahkan
HaniChen.” Tambah Badol berapi – api.
Marah dan khawatir Toke bersatu menjadi Matir. Penyakit
baru bernama Matir itu hanya diderita oleh orang yang sedang marah dan
khawatir,he. Tak suka Toke kalau anak gadisnya dekat – dekat dengan lelaki
lain, apalagi sudah berani membonceng – bonceng. Menggeletuk gigi – gigi Toke,
matanya kosong namun melotot. Mungkin kalau ada lelaki itu di depannya pasti
akan dikungfu panda habis – habisan
oleh Toke.
“Ok Dol besok kita ke rumah Pak RT.” Kata Toke kemudian.
“Mau lapor?”
“Bukan!
Nimbang gula,” jawab Toke dongkol.
Badol
garuk – garuk kepala.
Baca Bukunya Lebih Ngakak : Klik Aja
***
Malam harinya di rumah Pak RT sebagian masyarakat
berkumpul. Mayap dan Cu Eman juga hadir. Toke Ali dan juga Badol sudah barang
tentu sudah lebih awal datang karena rapat malam hari ini sebenarnya atas usul
keduanya. Mereka akan membahas tentang peraturan kampung Sungai Liku.
“Baik bapak – babak malam hari ini kita nak buat
peraturan kampung, jadi...” suara Toke terpotong karena batuk wibawa Pak RT.
“Ehem..ehem. Sebagai ketua RT saya akan pimpin rapat
malam hari ini. O.., sebentar ada yang lupa,” Pak RT mohon pamit masuk ke ruang
belakang. Sesaat kemudian tangannya telah menjinjing sebuah palu.
“Kita nak rapat Pak RT, bukan betukang.” Seloroh Cu Eman.
“Eh, Cu. Kalau orang sidang atau rapat harus ada palu.
Palu inilah wibawa aku Cu,” jawab Pak RT
“Betul tu Pak RT. Hakim tak ada palu bukan hakim namanya,”
bela Mayap Goyon.
“Apa namanya Mayap?” tanya Badol penasaran.
“Tukang Lelang,” jawab Mayap enteng.
“Di pengadilanpun ada tukang lelang?” Tanya Toke tak mau
kalah penasaran.
“Iya, lelang hukuman.” Seloroh Mayap. Tak peduli ia orang
– orang bingung dengan leluconnya barusan.
Pak RT dengan wibawanya lalu memukul – mukul palunya di
lantai. Malam kembali tenang, ruangan menjadi nyaman. Lalu Tokepun menceritakan
keresahannya, perihal anak gadisnya yang suka pulang malam. Ia berharap rapat
malam ini bisa membahas dan memutuskan sebuah peraturan kampung untuk
menertipkan keamanan.
“Toke sebenarnya, tak perlu kita sibuk buat rapat macam
nie. Masalahnyakan ada di anak Toke, keluarga Toke. Tinggal Toke buat saja
peraturan keluarga,” Cu Eman mulai beragumentasi.
“Betul Man, tapi aku ingin, bukan anak aku jak yang
tertip. Anak orangpun harus. Benar kan, Dol?” bantah Toke sembari meminta
dukungan Badol.
Badol menunjukkan dua jari.
“Kalau menurut aku boleh – boleh saja kita buatkan
peraturan kampung. Betul kata Toke, selain dari keluarga, kita butuh peraturan
kampung untuk dukungan.” Tambah Mayap Goyon.
“Betul Mayap. Kita seharusnya buat peraturan itu. Agar
masyarakat kita bisa hidup lebih beratur,” dukung Pak RT sambil tangannya
menyisir sekali – sekali rambutnya yang
sudah lewat jam malam, nampak lebih urakan.
Semakin panas rapat karena Pak RT mengharuskan masyarakat
duduk rapat – rapat. Jadilah berhimpitan di ruang tengah rumahnya. Satu usulan
catat, tambah kritikan catat, ada pertimbangan catat, masukan lagi catat.
Akhirnya tibalah pembacaan putusan oleh sang ketua RT.
Pak RT berdiri, kembali dirapikannya rambut sebelum
memulai bicara, “Baiklah bapak – bapak peserta rapat yang berbahagia dan
kepanasan karena berhimpitan. Setelah menimbang dan memperhatikan masukan,
usulan dari bapak – bapak. Saya akan bacakan putusan rapat kita malam hari ini.
Bahwa, batas keluar kampung untuk anak
gadis adalah jam 10 malam. Dan tamu wajib lapor 1 x 24 jam. Bagaimana sah?”
“Sah!!!” jawab peserta rapat.
“Tidak sah!!!” potong Badol tetiba. Sontak semua mata
tertuju padanya. Palu Pak RT sampai harus tertahan sejenak memukul lantai untuk
memutuskan.
“Apahal lagi Dol, semua orang dah setuju kau sendiri
menolak?” manas Mayap. Toke Ali pun menatap tajam karena ia merasa aneh padahal
Badollah yang ikut dengannya mengusul rapat ini.
“Belum sah Pak RT. Tolong ditambah lagi butir peraturan
tu,” jawab Badol mantap.
“Aih tambah apalagi Dol?” meradang Cu Eman
“Tolong Pak RT tambahkan; DILARANG MEMBONCENG CEWEK
MELALUI DEPAN RUMAH BADOL, KARENA ADA YANG CEMBURU” tambah Badol tegas.
Semua peserta rapat bersungut – sungut meninggalkan ruang
rapat. Pak RT mengarahkan palu wibawanya ke arah Badol. Untung saja Badol cepat
berlari walk out meninggalkan ruang
rapat dengan wajah polosnya.
Posting Komentar untuk "Cerpen Komedi, Badol Walk Out"