Cerpen # Gadis Musang
Bonsai itu terlihat cantik sekarang lebih rapi
setelah bersua dengan gunting besar di tanganku. Sebelumnya mereka nampak kaku
dengan ranting - ranting yang mulai berani menyembul nakal. Beberapa Angrek mulai merekah malu -
malu, ditegur batang Mangga tempatnya menempel. Sebelum dipijak kaki, rumput hijau nampak semangat sekali
mengeluarkan pucuk - pucuk barunya yang mungil berselimutkan embun.
Cahaya mentari sepenggalah terlihat. Sinarnya
ramah menyapa siapa saja yang terbias olehnya. Jam 8. Aku berusaha cepat
memoles taman pagi ini agar terlihat cantik dan rapi, karena ada kembang baru
yang akan datang . Kembang dari Australia. Cantik katanya, wangi aromanya.
Namun aku tak tahu kembang apakah gerangan yang datang. Kuharap kembang itu tak
membuat cemburu Anggrek di dahan Mangga itu.
Kata Mr. Brown pagi ini jam 9 kembang itu akan datang. Aku harus cepat.
Mr. Brown, salah satu warga negara asing dari
Australia. Ia dan keluarganya berada di kotaku karena proyek pembangunan kerja
sama antara Indonesia dan Australia, Program Pelita Orde Baru. Dan di sini
komplek Bina Marga tempat Mr. Brown dan beberapa teman beserta keluarganya
tinggal.
“Benjul,sudah selesai tugasmu?”tanya
Mr. Brown dengan logat bulenya.
Aku sebenarnya tidak suka dipanggil Benjul, namaku Banyuadi, entah
karena lidah Mr. Brown yang kaku dengan logat bulenya jadi sulit memanggil
Banyu, lebih mudah ia melafalkan Benjul.
“Siap Mr, sudah selesai, paling sapu - sapu sedikit,”
jawabku agak kesal.
“Ok, Ben. Now you boleh istirahat.’’
Aku pun istirahat sambil mengunyah beberapa potong biskuit. Air dingin
perlahan menghapus dahaga di batang leher. Burung Kuncit asyik berkejaran di
ranting mangga, sesekali sayapnya usil menggoda Anggrek yang pemalu. Sambil berkipas - kipas dengan caping aku menikmati
waktu istirahat yang diberikan Mr. Brown hari ini. Tanpa ba-bi-bu.
“Benjul!, comehere cepat.’’
Ada apalagi nih bule. Pikirku kesal dengan mulut masih berlepotan remah
- remah sisa roti.
“Benjul comehere!”
“Ok Mr.”
Bagai ular kehilangan ekor, kakiku melangkah cepat memenuhi panggilan Mr. Brown.
“Kamu bersihkan dulu, ini saya punya swimming
pool, banyak kotor Ben, saya tidak mau kalau Kembang datang dia langsung
mandi di sini.”
“Kembang mandi Mr?”tanyaku heran.
Mr. Brown menatapku dalam, alisnya naik sehingga bola matanya terlihat
jelas terbelalak. Dia tidak suka banyak tanya ternyata,”Kembang saya sebentar
lagi datang,”katanya melotot dan berbalik untuk pergi.
Sauk jaring yang tadinya asyik berjemur lantas dipaksa olehku mencebur
ke kolam untuk menciduk lumut - lumut yang timbul terkena panas.
“Kembang kok mandi, bule - bule, terserah
kau saja.’’
Mr. Brown nampak mengawasiku dari kejauhan dia tak ingin aku berleha
membersihkan kolam renang miliknya. Karena si Kembang akan mandi di sini
nantinya. Kembang yang membuat aku penasaran rupanya, wanginya.
*** ***
***
Mobil hitam kusam datang, sesekali bunyi
klakson menjerit - jerit. Nampak Mr. Brown
berlari semangat menghampirinya.
Tit.... tit...., tit... tit....
Sekali lagi
klakson menjerit.
Aku telah selesai membersihkan kolam renang, bersih sekarang. Tak peduli
aku protes lumut yang asyik berenang ria tadinya, yang penting tugasku selesai.
Di bawah pohon Mangga aku bersandar, menemani Anggrek yang mulai gelisah
nampaknya. Kuterka Anggrek mulai cemburu dengan kehadiran Kembang baru di mobil
sana. Aku tak akan cemburu sebagaimana Anggrek, mataku fokus ke mobil hitam
kusam yang terparkir di depan garasi.
Lelah mata menjeli, tersibak bulu mata memaki. Protes pandanganku
sekarang. Karena tak ada satu pot pun Kembang
yang turun dari mobil hitam kusam itu.
“Alah, akal - akalan Mr. Brown
saja, supaya aku cepat - cepat bersihin kolam, dasar bule,”sungutku.
Tak berapa lama pandanganku mulai sadar, bulu mata mulai sayu, tapi
fokusku bertambah. Ada sesosok Kembang lain di sana. Cantik, tinggi, rambutnya
pirang terurai dan dia berpelukan dengan Mr. Brown. Itu mungkin kembang yang di
maksud. Kembang yang akan berenang di Swimming
pool.
***
*** ***
Hampir sebulan lebih Marion berada di Indonesia, tepatnya kotaku. Dia
anaknya Mr. Brown yang lagi liburan sekolah. Marion anak kedua Mr.Brown dan
satu - satunya wanita. Wajar kalau Marion terlihat manja dan begitu dekat
dengan Mr. Brown.
“Ben, sudah lama kerja di sini,”tanya Marion suatu
pagi.
Aku suka gaya
bicaranya, walau kaku tapi ada nuansa kesopanannya. Ben, mungkin karena
panggilan itu begitu akrab kudengar walau masih jauh dari Banyuadi. Tidak
Benjul panggilan hangat ala Mr. Brown.
“ Sudah setahunan lebih Non,”jawabku ramah.
‘’Oo
Great, Ben. Saya dapat tugas dari sekolah di Australi untuk mencari dan
meneliti bunga Anggrek, Can you help me,
Ben? ''
Kalimat berbahasa inggris di akhir ucapannya
tak asing kudengar muncrat dari mulut Mr. Brown ketika ada maunya. Tapi yang
barusan kudengar nampaknya permintaan tulus dari Marion yang ingin meminta
tolong.
“Kalau Anggrek, di pohon Mangga itu juga ada Non,
sudah merekah lagi.’’
“Itu hanya satu jenis Ben, saya butuh five
,”Marion menunjukan lima jarinya tepat di mukaku, lalu memasang muka memelas
pucatnya.
“Ok.. lima.”
“Wait....
Ben, tunggu!, kamu mesti bawa saya ke pohon asalnya. Karena penelitianku bukan
di Anggreknya saja tapi habitatnya.”
Aku hanya tersenyum kecut. Gugup, berdebar karena ditatap mata indah
tepat di depanku. Belum lagi kalimat akhir yang tak aku mengerti. Habitat.
****
**** ****
“Pergi ke mana?!, kalau kamu mau Anggrek di
taman ada.”
“ Itu cuma satu Dad, penelitianku
lima jenis Anggrek, aku harus pergi juga ke habitat asal tanaman itu.’’
Mr. Brown sedang berdebat seru pagi
ini dengan Marion. Dia tak mau kalau anak perempuan satu - satunya pergi jauh,
apalagi akan mencari Anggrek yang pastinya tumbuh di hutan.
“Tidak ada izin untuk kamu pergi. Cukup Benjul
yang cari!’’
Marion tampak tak bersemangat, dia tak dapat bernegosiasi dengan ayahnya
sendiri. Mr. Brown tipikal orang tua yang keras namun peduli.
“Benjul...Benjul...where are you
boy.’’
Teriakan Benjul lagi. Bulu pirang halus Mr. Brown nampak berserakan
memenuhi bidang dadanya yang lebar, nampaknya ia kepanasan hanya bertelanjang
dada. Berdiri siap aku di depannya sekarang.
“Benjul, saya beri tugas ke kamu,
carikan anak saya lima jenis bunga Anggrek.’’
“ Memangnya anak Mr ke mana, perlu di cariin,”
tanyaku polos.
“ Maksud saya, kamu carikan bunga Anggrek
untuk Marion!”teriak Mr. Brown yang sadar akan kesalahanku mengartikan logat
bahasanya.
“Oo, siap Mr. Five .. yes.. ok ok ..yes.”
Mr. Brown malas menanggapi bahasa inggrisku yang amburadul.
**** **** ****
“Mengapa harus ke habitatnya sayang, cukup kau
teliti habitatnya di pohon Mangga di taman, cukup!, sekolahmu juga tak tahu
kalau kamu berbohong masalah penelitianmu .’’
“No Dad, saya harus ke
habitatnya, di pinggiran sungai dekat rumah si Ben,”jawab Marion membela.
Nampaknya Marion tak ingin penelitiannya asal - asalan, tanpa data yang
akurat dan lengkap. Dia tak suka berbohong dalam tugasnya, seperti teman -
temannya yang sok - sokan meneliti bunga bangkai yang belum pasti di mana
habitatnya. Dan dapat di pastikan data palsu dan rekayasa penelitian yang mereka kumpulkan.
Dia memilih Anggrek karena dia tahu, di Kalimantan tempat ayahnya
bekerja sekarang, bunga Anggrek berasal dan pasti dia bisa memuat data sesuai
dengan kondisi di lapangan.
“Marion! ayah tak suka kamu dekat - dekat
dengan Benjul. Dia orang desa, tidak bependidikan, bahaya. Hati - hati dan
awas, kamu jangan dekat anak Indo itu!”
“Tapi, Ayah. Saya harus dapat data Anggrek
itu.’’
“Jangan sampai ayah kurung kamu di kamar,
sampai tiba waktu pulang kembali ke Australi!”Ancam Mr. Brown.
Untuk kedua kalinya. Marion tak bisa merayu
atau meyakinkan ayahnya untuk memberikan izin meneliti habitat asal bunga
Anggrek. Dia berlari ke teras belakang berusaha menenangkan perasaannya yang
kecewa.
Ditengah kekecewaan dan rasa
kesal pada ayahnya., Marion kaget, ada
seekor Musang peliharaan di teras belakang. Musang kesayangan Mr. Brown. Musang
yang lucu dan jinak itu juga bernama Marion, sama seperti namanya. Jelas bahwa
Mr. Brown sengaja memberi nama Marion kepada musang peliharaannya sebagai
pelampiasan rindu kepada anaknya, Marion.
“Itu Marion, aku sengaja memberi
namanya sama denganmu agar aku bisa mengobati rinduku padamu sayang.’’
Tiba - tiba Mr. Brown sudah berada di samping Marion. Sepertinya ia tahu
kalau anaknya sedang merajuk dan sedikit kecewa dengan keputusannya.
“ Sayang.. dia cuma sendirian ayah, coba
carikan temannya.’’
“Ya... mungkin secepatnya, aku carikan pasangan untuknya,”jawab Mr.
Brown.
**** **** ****
“Bagaimana kalau ayahmu marah, Non? bisa dipecat aku.”
“Tenang Ben, rencana kita pasti berhasil, jangan takut. Kamu kan punya
kartu As nya, nanti aku bawa kartu itu ayah pasti kalah,’’Marion
tersenyum meyakinkanku.
Marion memang nekat, ia berencana pergi ke pinggiran sungai di desaku
tanpa sepengetahuan ayahnya. Gadis bule yang luar biasa menurutku, luarnya
cantik namun ia seorang wanita yang memiliki keteguhan tekad untuk sebuah
penelitian yang sebenarnya bisa di rekayasa data - datanya. Aku salut.
“Ok.. sekarang kita berangkat.’’
“Lets
go... Ben,”Marion menggenggam tanganku, dan sekali tarik aku melayang
kikuk.
Di pinggiran sungai kami menemukan banyak sekali bunga Anggrek yang
menempel di batang pohon Bungor, di pohon Mangga, dan lebih dari jumlah yang diinginkan.
“Pohon ini, sungai dan lingkungan sekitar sini itu yang dinamakan
habitat Ben, kamu harus jaga jangan sampai Anggrek - anggrek ini punah,”jelas
Marion dengan manisnya.
“Jadi ayahmu salah sudah membawanya ke taman, maaf ya... aku juga yang mengambilnya dari sini dan
membawanya ke taman.’’
“Kalau seperti itu, tidak salah Ben...
yang salah kamu belum menunjukkan kartu As
mu itu kepadaku, haha.. mana?”tagih Marion seraya tertawa.
“Ya.. ya.. baik, ada di belakang rumah.”
Marion dan aku berencana merayu ayahnya nanti.
Ini juga ilmu kepepet yang diajarkan Marion. Negosiasi tahap akhir, jangan
mengingat perang, lupakan kebencian mari saling memberi untuk suatu kebaikan.
Itu kata Marion.
Data sudah lengkap, sampel sudah terkumpul,
dan kartu As sudah di tangan. Kami
siap kembali ke rumahnya Marion, Komplek Bina Marga. Kami bercanda sepanjang
jalan, tertawa dan juga sedikit takut membayangkan bagaimana reaksi Mr.
Brown ketika melihat kami kembali.
Marion akan terkurung di kamar
kemungkinan jeleknya. Tapi aku, ya kemungkinan besarnya akan di pecat dan bisa
jadi dapat bonus tamparan dari Mr. Brown. Wow gila juga pikirku. Tapi aku terus
berdoa semoga kartu As ini bisa dihandalkan.
**** ****
****
“ Ben.. terimakasih banyak ya, sudah membantu.
Besok aku akan pulang ke Australia.’’
“Iy.. sama - sama Non, jangan lupa
ya dengan saya,”selorohku nakal.
Sebenarnya aku sedih juga, masih ingin bersama. Marion sudah kuanggap
saudara, dia juga sebaliknya menganggapku sebagai saudara nya di Indonesia.
Begitu cepat rasanya waktu.
“Ben..kalau bukan karena Benjul si Musangmu
itu pasti kita akan habis - habisan di marah ayah. Berkat Musangmu itu, aku
bisa bernegosiasi dengan ayah. Nampaknya dia memang butuh pasangan untuk si
Marion, musang lucunya.”
“Ku harap Benjul tidak pusing
mendengar logat Marion musang ayahmu yang sudah menjadi bule itu, hahaha.’’
Marion pun tertawa mendengar kelakarku. Kami menertawakan kekonyolan
kami saat pergi tanpa izin tempo hari. Seandainya tidak ada Musang peliharaanku
itu, tak bisa kubayangkan akan bagaimana nasipku. Biarlah Musang itu menjadi
teman setia yang akan menemani Mr. Brown.
“ Oh.. no... Ben... jull...., mengapa kamu
kencingi sepatuku?!”
Mr. Brown teriak dari teras belakang. Ternyata Musangku sudah membuat
ulah dengan majikan barunya.
Aku dan Marion tertawa bersama./DG
Posting Komentar untuk " Cerpen # Gadis Musang"