Patrick Kluivert dan Kopiah Hitam Longgar

 



Ada yang memperhatikan kopiah yang dikenakan Patrick Kluivert saat perkenalan diri di depan media beberapa hari yang lalu? Ya, terlihat seseorang memberikan kopiah hitam khas pejabat Indonesia itu kepada Patrick Kluivert, yang secara sigap diambil oleh sang pelatih dan mengenakannya. Hanya beberapa sesi foto saja Patrick tampak mengenakannya, namun beberapa saat ia melepaskan kopiah hitam tersebut. Tahu kenapa?  Ya, longgar!

 

Kopiah hitam yang dikenakan Patrick Kluivert tampak longgar, kalau dilihat dengan seksama, ujung kopiah bagian depan terlihat lebih panjang dari garis wajah sang pelatih. Walaupun hanya dipakai saat sesi foto, terlihat  bahwa para pejabat kita yang ada di lingkaran PSSI telah berusaha menunjukkan seorang Patrick Kluivert akan mengabdi penuh untuk bangsa Indonesia.

 

Patrick Kluiver Harus Tahu Arti Kopiah Hitam

 

Kita kilas balik terlebih dahulu, saat Soekarno mengusulkan agar seluruh anggota PNI menggunakan seragam. Namun, usul itu ditolak oleh Ali Sastroamidjojo, Ali berpendapat kalau menggunakan seragam lebih kebarat – baratan, dan tidak mencerminkan kepribadian bangsa. Tapi, Soekarno tetap saja menggunakan seragam, sepatu, dan jas. Namun, kemudian ia berujar, “kita memerlukan simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh buruh bangsa Melayu, adalah asli milik bangsa kita. Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka.”

Seandainya Patrick Kluivert tahu  sejarah ini maka ia tidak akan menyia – yiakan kepercayaan bangsa Indonesia, khususnya para pencinta sepak bola tanah air. Dengan dipakainya kopiah hitam tersebut secara tidak langsung ia telah berikrar, bahwa ia akan setia kepada bangsa Indonesia, berjanji akan berkorban jiwa dan raga untuk kemajuan sepak bola Indonesia, rela dihujat fans fanatik, rela dicemooh netizen. Dan rela – rela lain yang ada keterkaitannya dengan kepribadian Indonesia.

Kalau mengingat usulan dari Ali Sastroamidjojo, walaupun mengenakan seragam, maka tak harus pakai sepatu, sendal agar lebih terlihat lebih revolusioner di mata rakyat.

Namun, dalam hal ini tidak mungkin juga kita memaksa seorang Patrick Kluivert untuk berkaki ayam saat melatih, tentu terlalu merakyat. Paling tidak sesekali saat memimpin pertandingan sang pelatih bisa hadir dengan mengenakan kemeja batik, apalagi batik yang ada logo – logo club sepak bolanya, pasti lebih serasi dan menyatu dengan kepribadian bangsa kita.

 

Locker Room Adalah Koenci

 

Sebaiknya bukan hanya lagu Tanah Airku yang menjadi pembangkit semangat, pembangun rasa nasionalisme para pemain dan tim pelatih. Sudah saatnya kopiah hitam digantungkan di setiap loker pemain. Wajib digantung dengan paku, khas di rumah – rumah kampung, agar lebih nasionalisme.

Siapa tahu, saat buntu – buntunya sang Pelatih Patrick ke depannya mengelola locker room, sulit mengatasi ego para pemain naturalisasi yang bernilai tinggi itu, eh ketika melihat kopiah hitam yang digantung di ruangan ia menjadi mendapat wangsit dari para pendahulu kita dulu. “Lihat kopiah hitam itu, itu simbol perjuangan, simbol nasionalisme, juga simbol kesetaraan, ya..kesetaraan. Jadi jangan ada kalian yang egois lagi!” Mungkin seperti itu kata Patrick Kluivert saat melihat kopiah hitam di locker room pemain.

 

Jadi sebetulnya, jika saja Patrick Kluivert lebih tahu arti dari pemakaian kopiah hitam saat perkenalan di depan media. Tentu ia tidak akan cepat melepaskannya demi sesi foto saja. Ia akan lebih menghayati, filosofi dari kopiah hitam yang dikenakannya tempo hari, walaupun terasa longgar.

 

2 komentar untuk "Patrick Kluivert dan Kopiah Hitam Longgar"