Rahasia Cinta Bung Karno yang Ingin Sekali Saya Pelajari
Nama kecil saya adalah
Samsul Bahri. Karena sewaktu kecil saya suka demam panas, sampai dikompres
bunga satu rupa, jadilah saya dijual ke seorang yang pandai dalam mengobati
penyakit anak. “Dijual” bukan berarti jual beli seperti anak ayam ya kawan,
tapi hanya sebuah istilah, upaya orang
tua anak yang sakit meminta agar si pengobat/dukun/tabib untuk mengangkat anak
tersebut sebagai anak angkatnya. Dan setelah proses dijual, diobati, barulah
nama saya yang tadinya Samsul Bahri berubah menjadi Dodi.
Ternyata seorang pendiri
bangsa kita, sang proklamator, singa podium, putra sang fajar, bung besar, juga
pernah berganti nama. Nama kecil Soekarno adalah Kusno Sosrodihardjo. Sama seperti saya, waktu kecil bung Karno
juga suka sakit – sakitan, dan menurut kepercayaan orang jawa dulu, kalau anak
suka sakit demam panas, maka nama anak harus diganti. Ngak cocok, nama yang
terlalu berat untuk orangnya, begitu anggapan orang dulu sehingga mengganti
nama anak ketika terkena demam panas.
Karena punya kemiripan
yang walaupun hanya sedikit itu, saya pun mencoba belajar sesuatu dengan bapak
bangsa kita yang satu ini. Kebetulan saya belum punya pasangan, belum menikah,
jomlo lah istilah kunonya. Jadi apa salahnya saya mencoba belajar sesuatu yang
ada pada diri seorang bung Karno ini.
Saya memang sulit untuk
mengikuti jejak pendidikannya, saya hanya seorang yang tamatan sekolah rakyat
lebih sedikit, berbanding terbalik dengan bung besar yang seorang Ir. Apalagi
kekuatannya membangun organisasi, waduh saya pasti ngak mampu, jangankan mendirikan
PNI sebuah partai, saya…bangun subuhan aja suka telat.
Namun, saya harus bisa
mencoba belajar sesuatu yang mungkin bisa saya ikuti dari beliau. Toh, ada
kemiripan kan kami berdua, walaupun sama – sama pernah ganti nama sewaktu
kecil. Kembali ke permasalahan percintaan, saya membaca sebuah biografi yang
berjudul Bung Karno Biografi Putra Sang Fajar. Ternyata salah satu babnya
membahas tentang bagaimana kisah cinta bung karno. Wah saya semakin penasaran,
ingin mencoba bagaimana seandainya saya mempelajari, menghayati, bahkan
mepraktekkan bagaimana cara,kiat, bung besar dalam kehidupan asmaranya.
Saya harus belajar gombalan
Ternyata bukan Wendi
Cagur, Surya Insomnia, Andre Taulany saja yang jago melemparkan gombalan –
gombalan maut kepada seorang wanita. Jauh di era sebelum kemerdekaan ternyata
gombalan sudah dimainkan oleh seorang tokoh pendiri bangsa kita.
Tak mau kalah dengan
rekan satu kosannya Sigit Bachrum Salam, bung Karno yang ternyata juga jatuh
hati kepada anak bapak kosnya Tjokroaminoto memulai aksinya dengan mendekati
Siti Utari.
Seperti dikutip dari buku
Bung Karno Biografi Putra Sang Fajar, karya Jonar T.H. Situmorang, M.A. (
197 )
Suatu saat Utari diajak
duduk bersama. Bung Karno menatap wajah gadis yang manis ini dengan tajam dan
penuh kekaguman. Cara pendekatannya ini diupayakan supaya Utari tidak merasa
canggung bersamanya. Mulailah Soekarno mengeluarkan jurusnya.
“Luk, tahukah engkau
bakal istriku kelak?”
Utari hanya menggelengkan
kepala.
“Kau ingin tahu?”
“Boleh!”
“Orangnya dekat sini, kau
tak usah beranjak karena orangnya ada di sebelahku.”
Utari memandang Soekarno
dengan mata berkaca – kaca dan hati yang berbunga – bunga.
Nah betapa hebatnya kan gombalan ala bapak bangsa. Ini harus saya pelajari,
mengingat untuk membangun negara yang kuat maka perlu adanya ilmu gombalan yang
hebat.
Menggombal istri orang adalah
koenci
Karena saya berusaha
membahas tips saya mempelajari asmara ala bung besar. Maka saya tidak membahas
terlalu dalam kisah bung besar dengan Utari yang ternyata kandas itu. Namun, dalam
kondisi keretakan itu, saat bung bung besar belajar di Sekolah Tinggi Teknik
Bandung ( 1921 ) ia mengekos di rumah Haji Sanusi. Dan kalian tahu kawan, jurus
beliau bermain lagi di sini.
Yah, istri Haji Sanusi
adalah Inggit, sepertinya mereka berdua juga tidak baik – baik saja kondisi
percintaan keluarga. Sebab Haji Sanusi juga sering keluar malam, sibuk usaha,
sehingga istri dilupakan. Jangan salahkan seorang yang jago berpidato dan merangkai
kata – kata mengekos di rumah.
Sampai suatu saat bung
besar berani menyatakan cinta kepada istri orang lain.
Mengutip penuturan Inggit
( Ramadhan, 1981 : 34 – 35 ):
Ia bahkan mencurahkan isi
hatinya di bidang lain, yang sebenarnya bukan untuk pertama kali begitu. Tetapi
malam itu ia seperti menendang segala rintangan dan jemu sudah dengan alangan –
alangan yang lama.
Tatapannya seperti lebih
menajam, lebih mengepungku, mengalajkan segala kesunyian dan kekakuanku. Dia
ulangi lagi pernyataan kesukaannya kepadaku. Dia menggeser tangannya, merayap
perlahan – lahan dan menyentuh tanganku. Kurasakan tenaganya. Dadanya mendekat.
Aku ditarik dan kami berpindah tempat.
Hendaknya semua maklum
apa yang terjadi sebagai kelanjutannya. Aku malu menceritakannya. Aku adalah
seorang perempuan Timur. Aku tidak mampu berterus terang di depanmu. Malu. Cerita waktu kita
muda sudah sama – sama kita maklum.
Sudahlah, bukan sesuatu yang pantas untuk ditiru.
Ternyata menyatakan cinta
kepada istri orang lain tidak mengapa. Tapi lihat kondisi juga,haha. Dan plot
twistnya adalah, yang mengurus segala
hal masalah pernikahan adalah Haji Sanusi itu sendiri. Waduh, pengen banget
belajar dari lord. Istri siapa yang mau aku cintai???
Gigih untuk meraih cinta
sejati
Hal lain yang harus saya
pelajari dari bung besar adalah, sifat gigihnya. Dan seperti poin sebelumnya
percintaan bung besar juga kandas, padahal sudah lama dibangun, namun sulit
juga mempertahankannya. Itu semua karena beliau gigih untuk menemukan cinta sejatinya.
Fatmawati bertemu bung
besar di Bengkulu. Karena pada saat itu bung besar di asingkan di sana. Singkat
cerita, sebab saya ingin fokus ke masalah asmara yang harus saya pelajari, ya
kawan. Kalau kalian ingin lebih detailnya baca aja buku – buku biografi beliau,
pasti nagih deh. Ok lanjut.
Ketika Fatmawati curhat
ke bung besar karena ia akan dilamar oleh seorang Wedana, Fat lalu curhat
meminta petunjuk. Bukannya mendapat petunjuk dan nasehat, bung besar malah
menyatakan perasaannya kepada Fatmawati.
“Fat, sekarang terpaksa
aku mengeluarkan perasaan hatiku padamu. Dengarkan baik – baik ! begini Fat,
sebenarnya aku jatuh cinta padamu sejak aku bertemu denganmu, waktu ke rumahku
dahulu pertama kali.” ( Jonar T.H. Situmorang, Bung Karno
Biografi Putra Sang Fajar : 240 – 241 )
Betapa gigihnya seorang
bung besar yang ingin melamar seorang gadis, walaupun ia masih memiliki istri
sah. Beliau sampai mengatakan ini kepada calon mertuanya,” Ayah ketahuilah,
jika Fatma tidak kudapat, dan bestaat Soekarno no
niet meer!” ( maka Soekarno tidak akan ada di dunia ini lagi )
Perlu kegigihan hati
dalam masalah asmara. Itulah yang bisa saya pelajari dari kisah asmara bung
besar sang putra fajar.
BACA JUGA : Bangsa Eldia dan Marley Berseteru, Kawula Muda Sanggau Jangan Lupakan Sejarah
Posting Komentar untuk "Rahasia Cinta Bung Karno yang Ingin Sekali Saya Pelajari"